Kamis, 19 Mei 2022

KETIKA CINTA BERPALING


Oleh Istantini

(Mainstream Reflektif)

Hatimu terasa dingin layaknya es yang membeku
Adegan terus bersikukuh, meski ku 'lah berjibaku
Sikap tetap tergelar acuh, angkuh, dan kaku.

Entah perasaan apa yang sedang bersemayam?
Duduk berdekatan, tetapi hati tetap terdiam
Hasrat seperti 'lah bulat ingin menghunjam
Menuai keresahan dalam nuansa muram.

Kutak mengerti penyebab perubahan yang tampak
Kuhanya ingin mendengar alasan dari rekaman jejak
Hingga membuka jalan gelisah kian lebar menyeruak
Berupa paparan penjelasan yang jujur tiada berserak
Dari sikap acuh yang hamparkan keganjilan gerak.

Kasar tutur kata yang juga telah kaugaungkan
Membuat seluruh isi ruang hatiku berantakan
Pandangan sinis nan tajam tertuang menekan
Membungkam seluruh harapan dalam angan
Perangai kasar kausempurnakan dengan ujaran
Mencabik-cabik hati dan sisakan banyak sayatan.

Katakanlah dengan jujur agar kedamaian enyahkan derita
Memalingkan muka hanya mengeruhkan suasana kian gulita
Dengan memperlihatkan aura ketidaksukaan terpampang nyata
Terlebih memberikan dalih membenarkan diri secara realita
Menyematkan bertubi kesedihan yang menguras air mata.

Refleksi diri terhadap rekam jejak berdurasi masa
Bersabar dan berpikiran jernih agar peka rasa
Cerdas putuskan sesuatu tiada tergesa-gesa
Penyesalan datang membuat diri bisa binasa.

Ketika cinta berpaling harus terurai dalam desah
Jangan pernah tumbang pertanda menyerah kalah
Berusaha tegar, yakini cinta sejati datang berkisah.

Bondowoso, 19 Mei 2022

Selasa, 17 Mei 2022

Tak Ada Logika

Tak Ada Logika

Oleh Istantini


Siklus waktu selalu berputar
Semua bertumbuh dan berkembang
Mengikuti pola dan irama
Kusadari itu

Bahkan kelopak bunga berbahagia
Saat kuncup harus merekah
Memertontonkan keindahannya
Melepaskan aroma harum
Menyeluruh hingga di setiap titik penjuru

Sang pujaan pun tak mungkin berdiam
Pada saatnya harus mengepakkan sayap-sayapnya
Terbang leluasa menjemput impian mereka
Sesuai selera hasrat jiwa

Namun bayang sepi dan was-was membelengguku
Mengaduk-aduk hatiku
Mencarut marut pikiranku
Meski kutahu hanya cubitan genit
Mencolek perasaanku

Kutahu rasa itu tak beralasan
Tak ada logika
Hanya sesingkat pintas
Hanya ambang keyakinan
Labil kepasrahan

Kepak sayap putra-putri pujaan
Genggam harapan
Raih kesuksesan
Siapkan mental semangat baja
Pantang menyerah

Restuku selalu berkumandang
Ku tak akan hambat dengan kekerdilan rasa
Yang tak masuk di nalar
Tak ada logika

Bondowoso, 18 Mei 2022

Senin, 16 Mei 2022

MAHLIGAI PERNIKAHAN


Oleh Istantini

(Mainstream Reflektif)

Beribu adegan tersuguh sejak waktu pertama
Dalam dua puluh tiga tahun ukir harmonis bersama
Berjuta rasa menyertainya dalam cakupan berbagai tema

Tema kehidupan nan kompleks sarat gejolak
Tersaji dalam untaian gembira ria hingga pesak
Dalam ramu kombinasi resah gelisah penuh gertak
Tentang strategi dayaku kucurah hingga tetesan telak

Kiat menyelaraskan antara ujaran, sikap, dan perilaku
Penuh kehati-hatian namun meluncur tanggapan kaku
Tak beranjak pandangan menukik tajam terhadapku
Akupun hanya bisa mendesah dalam diam terpaku
Rasakan begitu sempurnanya aura sinis memaku

Kehidupan berjalan tidak sesederhana seperti dalam pikiran
Memandang permasalahan sepele tak akan mengerdilkan
Anggap kecil masalah tak mungkin pengaruhi keadaan
Tak percayai ujaran biasa bisa memorakporandakan
Tiada pernah ubah jadi istimewa secuil kesenjangan
Dan remehkan hal kecil masih sering dilakukan

Kejadian kecil tak terduga seharusnya tak melayang
Mendinginkan pikiran agar beban tak terus gamang
Motivasi tuk tenangkan diri tak boleh berkuranh
Berintrospeksi diri harus segera dipraktiktuang
Menenangkan hati agar panas tak meradang

Target kehidupan penting dirumuskan dan berupaya mencapai
Bahagia menjadi pilihan dan berkonsentrasi tuk menggapai
Kuatkan hati tetap bersandar syariat agama yang sesuai
Mendukung pikiran tetap tenang dan tak pernah lalai

Berpijak sikap sederhana, jujur, saling percaya
Bangun kokoh mahligai cinta tak sekedar maya
Pertahankan hingga tutup usia dengan segala daya

Bondowoso, 17 Mei 2022

Katakan Saja

Katakan Saja

Oleh Istantini


Bila telah bulat keinginanmu tuk pergi
Kuhanya ingin memastikan mengapa
Ku tak berniat menghalangi
Ku juga tak berniat menarik tangan
Tuk menahanmu tuk kembali

Namun katakan bahwa itu keputusanmu
Tuk mengejar kebahagiaanmu
Ku akan berusaha ikhlas
Dan mendoakan yang terbaik untukmu

Tak perlu kau menghindar
Tak perlu kau acuh
Bersikap menjauh
Berpura-pura
Bahkan memalingkan muka

Aku muak dengan modus kata - kata
Tuk muluskan dalih kasihan
Aku pun benci dengan tipu daya
Hanya tuk menunda maksudmu yang sebenarnya

Sederet getir telah kurasakan
Selaksa sesak telah terjejak
Sebanyak gundah telah singgah
Mencengkeram sukma

Jangan jadikan aku pemaksa
Mengekang hatimu bertahan
Jika nyatanya tak sejalan dengan kehendak

Katakan saja
Meski warna sikap dan sinar auramu
Telah bisa kueja
Telah bisa kubaca


Bondowoso, 16 Mei 2022

Jumat, 13 Mei 2022

PENDIDIKAN ADALAH LENTERA

Sumber foto dari WA

Oleh Istantini

(Mainstream Analitis)


Kegelapan terasa makin membelenggu asa

Berkutat dalam nuansa kelam luar biasa

Bak raga takada daya hambar rasa

.

Ketika pendidikan terabaikan

Dunia terasa sempit menyesakkan

Jalan berpikir buntu takberangan-angan

Tiada ambisi yang pantas tuk diperjuangkan.


Takpeduli akan tinggi kehormatan dan harga diri

Bak tubuh lemah dalam jiwa pedih tiada berseri

Pikiran hanya sebatas dinding-dinding berdiri

Sependek jarak penglihatan pembatas diri

Keadaan sungguh miris tiada terperi.


Semangat raih masa depan terampas tiada sadar

Tiada mengenal dunia yang penuh ingar-bingar

Terpaku tradisi dan pikiran kolot terus bersuar

Berdiam membisu dalam senyap sarat getar

Otot-otot sayap takbisa terkembang kekar

Tanpa pendidikan hidup tiada bersinar.


Mengenyam pendidikan wujudkan hidup bermartabat

Pengaruhi pola pikir,  wawasan meluas tak bersyarat

Hidup dalam lingkup kehormatan kian meningkat

Memacu derap langkah dalam pijakan nan kuat

Halus dan lembut budi pekerti tergelar sarat.


Pendidikan adalah lentera pengusir gulita

Hidup cemerlang penuh harapan dan cita-cita

Berkreasi dalam cipta, rasa, karsa menjadi nyata

Menghadirkan aura kebahagiaan tak sekadar cerita.


Sepanjang hayat semangat belajar bertumbuh kembang

Latih kemandirian dan akhlak mulia selalu tertuang

Bertanggung jawab dan tangguh pun menjelang.


Bondowoso, 13 Mei 2022

Kamis, 12 Mei 2022

Sesosok Wayang

Sumber foto dari screenshot status WA

Oleh Istantini

(Mainstream Reflektif)

Aku hanyalah sesosok wayang
Bermain dalam panggung cerita Sang Dalang
Mengikuti alur yang telah terskenario matang

Ketika aku bersemangat bergerak
Berupaya mengerahkan daya hingga telak
Menyertainya dengan kepala mendongak
Melafadzkan do'a-do'a bermunajat

Ketika aku harus mengerahkan pikiran
Menjelajahi semestanya untuk suatu keputusan
Luas tiada batas hingga sarat pertimbangan-pertimbangan
Mewujudkan ide gemilang dalam serangkaian tindakan
Tanpa menyeruak sekecil penyesalan

Ketika aku harus diam seribu bahasa
Tanpa celoteh sekedar menyambung rasa
Tanpa kekata tuk mengungkapkannya lewat frasa
Aku benar-benar menikmati rotasi pikiran yang mengangkasa
Merenungi tentang hakikat hamba dengan serba-serbi rasa
Juga takdir dan misteri alam saling berklausa

Aku hanya sesosok wayang sebatang kara
Dalam bimbinganNya lewat berbagai cara
Dalam tangan-tangan perlindunganNya tiada tara
Tuk kematangan emosi dalam mengemas warna aura
Juga kematangan psikis dalam mengendalikan tindak bicara

Mungkin aku berperan sebagai budak layak dikasihani
Mungkin aku sebagai perwira perkasa dan berani
Aku hanya mengikuti skenario dan menjalani
Yakin terbaik melimpah dalam tubuh ini

Semua makhluk hanya menjalankan titah tanpa tipu-daya
Berusaha terbaik dengan disiplin tiada terpedaya
Berdoa, bersyukur, dan bertawakal kepadaNya

Bondowoso, 27 April 2022

Selasa, 10 Mei 2022

MENYESAL


Oleh Istantini

(Mainstream Reflektif)

Aku malu menampakkan wajahku
Wajah kelam berlumur dosa karena perilakuku
Kian tajam menghitam karena sikap dan ujaranku

Aku tak pantas menikmati sinar pagi berkilauan
Mata telah banyak memandang penyimpangan
Aku tak layak mendengar merdu alam berseruan
Telinga telah menjaring suara hina berserakan

Bagaimana aku bisa berhadapan dengan mereka
Orang tuaku yang selalu tulus, sayang, dan peka
Mencurahkan segenap daya meski meneguk duka
Mencucurkan keringat di sekujur raga dan muka
Namun aku begitu tega menambatkan luka

Aku pantas menerima getir gegara penuh lalai
Terbuang dari pandangan wajah-wajah menyeringai
Teracuhkan dari para sahabat yang tak menghargai
Rasa simpati seperti tertutup warna hitam tirai
Badanku lunglai dengan langkah gontai
Menyedihkan karena keburukan yang berantai


Aku ingin pulang dalam peluk hangat
Kembali membersihkan diri dengan taat
Bertobat menanggalkan sikap dan tindak sesat
Melepaskan bercak-bercak dosa yang menyengat
Bersujud memohon ampunan kepadaNya agar tak dilaknat

Aku benar-benar menyesal tak terbatas
Tak sekedar kekata atau berubah secepat patas
Niatku kuat dengan semangat rawe-rawe rantas
Restu alam membentengi hasrat hingga tuntas

Tak ada kata terlambat untuk kembali baik
Bertanggung jawab pada diri dan keluarga harus memekik
Berguna bagi khalayak pun harus meningkat naik

Bondowoso, 26 April 2022

Entri yang Diunggulkan

SEMANGAT JUANG

 Oleh: Istantini Mainstream Analitis Totalitas berjuang demi kemenangan tergenggam Mengukir tinta emas menjadi sejarah terekam Mengharu...