Jumat, 18 Februari 2022

Terpenjara


Oleh Istantini


Ku terpenjara di tengah kota
Ketika resah dengan tangan hitamnya
Menghantamkan pukulan keras
Hingga menumpahkan kristal-kristal riang
Yang baru saja kudapatkan

Dirimu yang kutunggu
Sejak berpamitan untuk pergi sebentar
Belum juga nampak di hadapan
Sementara detik jam terus melaju
Malampun kian beranjak larut
Memenjara diriku dalam jeruji risau

Hilir-mudik yang bisa kulakukan
Sembari menatap kedip-kedip lampu hias
Sebagai upaya sesaat mengalihkan gundah
Namun hatiku tak mampu kubujuk
Dan aliran pikiranku menjadi buntu
Tuk menyiramkan keteduhan pada kalbu

Kepanikan kian memuncak
Dan belenggunya kian kuat mengikat
Ku hanya bisa duduk bersimpuh
Sembari melangitkan doa tulus

Tuhan....
Ku tak berani munculkan pikiran buruk
Kirimkan malaikat pelindungMu



Bondowoso, 19 Februari 2022

Sejauh Jejak

Sumber foto dari WAG
Istantini


Aku akan mengikuti jejak langkahmu
Jejak yang masih terukir jelas
Sejauh pandangan bisa kujangkau
Sepanjang jarak bisa kutempuh
Hingga batas akhir jejak itu menghilang
Dengan kemenangan tergenggam

Tanpa sedikitpun keraguan
Kuyakini ada kebaikan-kebaikan berhamparan di sana
Hingga tangan kebaikan itu menuntunku
Menjejakkan langkah dengan kemuliaan yang menyerta

Selalu bisa mendulang kebaikan kebaikan berantai
Dan yakin bisa kunikmati estafetnya hingga nanti
Meski jalanan itu begitu berat dan sulit
Juga tak pelak ada gangguan yang menciutkan nyali

Jejakmu menunjukkan cerminan dirimu
Sebagai penggenggam kejujuran
Menapaki semua peristiwa tanpa celah rekayasa
Sebab dirimu bukan penyandiwara yang mengada-ada

Aku bahagia mengikuti jejakmu
Kidung kedamaian selalu mengalun



Bondowoso, 18 Februari 2022

Terima Kasih

 Terima Kasih

Istantini


Terima kasih telah menanamkan luka
Hingga mengakar kuat di kedalaman jiwa
Kunilai sebagai cara Tuhan menguji hambanya
Agar sabar selalu bisa diasahnya

Terima kasih telah memberiku racun kepahitan
Akan kuteguk bisanya
Kuyakin Tuhan akan memberikan penawarnya
Tempat bersandarku
Tak ada sedikitpun keraguan

Kepadamu yang dulu kupercayakan cintaku
Kepada Dia yang dulu kupercayakan cerita hidupku
Tak perlu merasa kaku bila bertemu
Aku tetap tersenyum isyarat kata hatiku

Kisah cinta dan alur cerita hidupku
Adalah bagian dari jalan yang dipilihkan Tuhan untukku
Kumaknai sebagai tulisan-tulisan di buku
Agar kubisa memetik pelajaran dan hikmah di balik semua itu



Bondowoso, 17 Februari 2022

Hati Seorang Ibu

 


Istantini


Aku tak pernah berhenti mengawal
Aku jg tak pernah lelah berusaha
Tak hanya berpegang kepada dewi keberuntungan
Kulakukan dengan mempertaruhkan semua yang ada

Ku hanya ingin memastikan jalanmu aman
Bukan saja menyingkirkan semua aral yang melintang
Menyisir setiap ranjau yang menghadang
Bahkan ku akan membuka jalan baru bila diperlukan
Dengan membabat bersih semak belukar

Ku tak pernah pedulikan banyak luka yg telah menyayat
Ku juga tak hiraukan derasnya peluh yang keluar
Bahkan ku akan melawan sejumlah perompak
Yang mencoba merampas kapal kehidupan yang kau rancang

Yang ku tahu ...
Aku adalah seorang ibu
Yang tetap menganggap kecil putra putrinya
Tanpa menyadari bahwa kini semua telah dewasa
Bisa memutuskan suatu pilihan
Dan siap bertanggung jawab terhadap konsekuensinya

Sebagai ibu...
Aku panjatkan do'a terbaik dengan tulus
Doa yang terus-menerus harus aku lakukan
Tak akan pernah berhenti
Hingga selendang ajal menutup mata untuk selamanya




Bondowoso, 14 Februari 2022

Ironi

 

Sumber foto dari google

Istantini


Aku berharap bahwa dunia ini suatu keabadian
Tapi mungkinkah itu ada
Aku senang bila engkau katakan
Dengan berbagai dalih dan alasan
Dengan berbagai cerita tentang suatu hal
Dan hal itu benar adanya

Meski aku tahu
Hal itu merupakan kata-kata penghibur
Yang engkau coba pilihkan
Dan yang engkau ucapkan kepadaku

Aku memilih percaya
Aku memilih senang
Dan aku memilih masa bodoh
Dengan menganggukkan kepala
Sebagai isyarat persetujuan

Aku lebih memilih tertipu
Dengan mengesampingkan pikiranku
Dan memungkiri kenyataan
Bahwa keabadian dunia itu semu

Sungguh suatu ironi
Dengan desah panjang
Seraya menahan kesedihan
Aku harus memeluk kenyataan
Bahwa kerapuhan itu kian nampak
Bahwa harapan keabadian itu
Sekaligus bisa aku rasakan
Adalah suatu khayalan belaka



Bondowoso, 14 Februari 2022

Tersurat Kesan

 Tersurat Kesan

Istantini


Aku tak bisa melupakan kesan itu
Meski suara angin telah menyamarkan
Pergantian musim telah memudarkan
Dan hingar-bingar masa telah membuat suram auranya

Kesan itu masih tersurat rapi
Tersusun dalam deret huruf dan kata
Yang membentang di atas fanel hatiku
Menjadi berlian makna
Yang ikut mewarnai sketsa hidupku

Kesan itu seperti petikan-petikan nilai
Sebagai asupan hati yang membentangkan jalan kebahagiaan
Jalan yang akan kulewati dan rasakan
Sebagai rute perjalanan panjang
Dengan tak menampik berbagai gejolak yang tertuang

Meski tanpa kehadiran figur yang kumaksud
Ku berpuas memiliki kesan nilai peninggalannya
Sebagai warisan lentera
Yang menerangi pikiran tuk memusatkan konsentrasiku
Meski sesekali ambyar
Oleh rayuan maut dari sang penebar malas dan lesu

Kesan itu masih sama dan bertahan
Semakin kuat terpahat di prasasti hati
Pemotivasi setiap gerak dan langkahku
Agar bisa beradaptasi dengan irama kehidupan
Pada landasan pacu yang tergelar



Bondowoso, 13 Februari 2022

Terdampak

 Terdampak

Istantini


Seketika terhenti langkahku
Dan tiba-tiba kaku sekujur tubuh
Aku hanya bisa berdiri mematung
Dengan nafas seakan tersedak
Sebab darahku bergerombol di pembuluh tertentu
Dan denyut nadiku tak sampai ke ubun-ubun

Aku masih tak percaya dengan yang tergelar di hadapan
Meski ku tak membuka telinga dengan lebar
Hingga jejaringnya bisa menangkap sempurna
Namun halilintar suara itu telah menggelegar
Menghunjamkan kilatnya hingga dalam

Jiwaku porak-poranda
Gemetar keterkejutan ikut menyempurnakan
Dan Refleks ketakutan tak mampu kusembunyikan
Ku terdampak trauma
Meski sebenarnya bukan diriku yang tersasar



Bondowoso, 11 Februari 2022

Kamis, 17 Februari 2022

Jejaring Mimpi

 


Oleh Istantini


Aku menapaki hari ini dengan sedikit iri
Tatkala mentari mulai merebakkan sinarnya
Dan berpendar-pendar di antara ranting-ranting
Berpetualang ke seluruh negeri
Untuk menyematkan energi dengan gigih

Sementara diriku masih terjebak di jejaring mimpi
Dan rasa malas yang enggan pergi
Terlebih mengikatku dengan simpul mati
Hingga diriku tak bisa menerjemahkan tawaran baik dari elegi embun pagi

Aku masih tak bisa melepaskan diri
Tersungkur jatuh dalam perangkap teka-teki
Dengan kotak-kotak yang belum terisi
Tentang dia yang belum juga kembali

Andai aku bisa memutar hari
Akan kutuangkan segenap daya untuk berani
Tak perlu menciptakan ilusi
Sebagai bentuk penyesalan diri



Bondowoso, 10 Februari 2022

Pertama Kali


Oleh Istantini

Ketika pertama kali aku melihatmu 

Tanpa berjabat tangan atau mengucap salam

Kurasakan ada kesan yang istimewa
Yang memantik rasa inginku untuk lebih mengenalmu

Ketika pertama kali aku mengetahui namamu
Aku bagai berada di arena teka-teki
Dengan beribu tanya yang menyeruak
Dan terus melintas di setiap sudut inderaku
Namun selalu tertahan oleh ketidakberanianku

Lidahku terasa kaku
Mulutpun rapat mengatup
Meninggalkan tanya yang mengiringi detik waktu
Dan jawaban yang menemui jalan buntu

Rasa penasaranku kian menjadi
Teka-teki itu tetap tak bergeming
Hingga hatiku seperti berbisik lirih
Kerahkan keberanian untuk waktu lain yang akan kembali

Aku tak perlu terlalu berambisi
Aku juga tak perlu memaksakan diri
Bisa mengenalmu pada hari itu secara detail
Kutandai bahwa hari itu telah mengurungku penuh teka teki



Bondowoso, 9 Februari 2022



Entri yang Diunggulkan

SEMANGAT JUANG

 Oleh: Istantini Mainstream Analitis Totalitas berjuang demi kemenangan tergenggam Mengukir tinta emas menjadi sejarah terekam Mengharu...