Oleh Istantini
(Mainstream Reflektif)Hatimu terasa dingin layaknya es yang membeku
Adegan terus bersikukuh, meski ku 'lah berjibaku
Sikap tetap tergelar acuh, angkuh, dan kaku.
Entah perasaan apa yang sedang bersemayam?
Duduk berdekatan, tetapi hati tetap terdiam
Hasrat seperti 'lah bulat ingin menghunjam
Menuai keresahan dalam nuansa muram.
Kutak mengerti penyebab perubahan yang tampak
Kuhanya ingin mendengar alasan dari rekaman jejak
Hingga membuka jalan gelisah kian lebar menyeruak
Berupa paparan penjelasan yang jujur tiada berserak
Dari sikap acuh yang hamparkan keganjilan gerak.
Kasar tutur kata yang juga telah kaugaungkan
Membuat seluruh isi ruang hatiku berantakan
Pandangan sinis nan tajam tertuang menekan
Membungkam seluruh harapan dalam angan
Perangai kasar kausempurnakan dengan ujaran
Mencabik-cabik hati dan sisakan banyak sayatan.
Katakanlah dengan jujur agar kedamaian enyahkan derita
Memalingkan muka hanya mengeruhkan suasana kian gulita
Dengan memperlihatkan aura ketidaksukaan terpampang nyata
Terlebih memberikan dalih membenarkan diri secara realita
Menyematkan bertubi kesedihan yang menguras air mata.
Refleksi diri terhadap rekam jejak berdurasi masa
Bersabar dan berpikiran jernih agar peka rasa
Cerdas putuskan sesuatu tiada tergesa-gesa
Penyesalan datang membuat diri bisa binasa.
Ketika cinta berpaling harus terurai dalam desah
Jangan pernah tumbang pertanda menyerah kalah
Berusaha tegar, yakini cinta sejati datang berkisah.
Bondowoso, 19 Mei 2022
Tidak ada komentar:
Write Comments