Jumat, 15 April 2022

Realita

Sumber foto dari WA

Oleh Istantini


Tak hanya selayang pandang
Ataupun mengintip sesi prolognya
Aku bisa memahamimu
Tanpa memperhatikan alur cerita
Yang tertuang di atas panggung realita

Tak hanya sekilas dengar
Ataupun menjaring informasi terbatas
Aku meletakkan kepercayaan kepadamu
Tanpa pengiring bukti dari rekaman lensa mataku

Semesta hatiku begitu luas
Bias abstrak dari indera-inderaku mampu diterjemahkan
Juga semua petunjuk dari langit akan bermuara
Menumbuhkan keyakinan akan suatu keputusan

Sebenarnya hatiku telah memberikan sinyal penilaian
Meski sekali saja bersua
Hingga kini konsep tentangmu tak jauh beda

Kupercaya
Hati yang jernih bisa menilai akurat
Realita tanpa keraguan


Bondowoso, 16 April 2022

Seraut Wajah


Oleh Istantini


Di sela-sela aktivitasku berbenah
Di antara tumpukan buku dan kertas-kertas
Kutemukan selembar foto tak berpigura
Terlihat sangat usang
Dan nampak kusam

Kupandangi lama
Kumemerhatikan seksama
Seraut wajah yang terlupakan
Wajah yang tak lagi bertahta dalam ingatan

Kusatukan semua indera
Kutajamkan penglihatan
Kubentangkan jala pikiran
Namun jejaring memoriku
Tak jua menangkap sinyal ingatanku
Tentang Dia

Seraut wajah itu bagai terkubur sangat dalam
Usaha penggalianku menemui kegagalan
Hanya memantik penasaran
Dia berada jauh dari jangkauan

Bondowoso, 15 April 2022

Rabu, 13 April 2022

Sekelumit Gundah


Oleh Istantini


Tak adakah waktu sebentar saja
Di sela-sela kesibukan yang mencerca
Di antara riuh laku yang membuat penat
Di antara lalu lalang yang menghempas resah
Tuk menyempatkan diri mendengar
Keluh kesahku yang bertaut gelisah

Tentang sekelumit gundah
Aku putuskan tuk memendamnya
Ku memilih tak melayangkannya
Namun perih dari iris siksa
Resah dari gundah gulana
Menambah timbangan beban
Berimbas berat pada tekanan pikiran

Seringkali aku menghela nafas
Seringkali pula mendesah panjang
Dalam upaya mengatur ritma
Berusaha mengendalikan himpitan jiwa

Kumemilih diam
Dan akan tetap membungkam
Bersujud simpuh kepadaNya
Yang di singgasana Arsy
Tuk mengadukan semuanya
Hanya kepadaNya

Bondowoso, 14 April 2022

Selasa, 12 April 2022

Seharusnya


Oleh Istantini


Seharusnya ku tak terlalu lama
Membiarkan lara menjarah hati
Mengungkungnya dengan pedih
Membekukan sedih yang berlebih

Lihatlah mentari berempati
Mengetuk bilik dan serambi
Dengan pendar-pendar sinar di pagi hari
Hangatnya menerobos pori-pori
Mencairkan kebekuan hati

Dengarkan kicau burung bernyanyi
Menyambut geliat pagi berseri
Memaknai syair embun pagi
Masihkah ku tak bergeming

Seharusnya ku tak terlalu terpaku
Dalam nafas risau
Dalam galau rindu
Segera menepisnya agar menjauh

Seharusnya ku tetap melaju dalam barisan
Biarkan jika nyatanya harus bersimpangan
Dia telah menanam luka dalam benak
Iris-iris perihnya sadis
Tak karuan membabibuta

Tidak mungkin memaksakan lintasan
Bila memang tak berada pada orbit yang sama
Terlebih bersanding bersebelahan
Bak menancapkan duri-duri tajam
Di sekujur raga dan sukma

Seharusnya ku tak menunda
Faktanya begitulah yang tergelar
Cerita putih dan hitam

Bondowoso, 13 April 2022
¹

Senin, 11 April 2022

Sang Legenda Penyembuh Lara


Oleh Istantini


Satu komunitas luas memuja
Menyanjung tangan dinginnya
Sang legenda
Penyembuh lara
Penghilang nestapa
Penerbit harapan
Dari gerbang kelam yang membayang

Terbuka jalan terang benderang
Bukan sekedar insting atau rabaan
Pembuktian telah bicara
Pemuas jiwa
Bersorak gembira

Sayang beribu sayang
Tak sepadu padan
Cemerlang dikerdilkan
Gemilang tercekal
Benderang disuramkan
Ah, cara usang

Namun berlian tetaplah bersinar
Tetap memancar
Meski gelap durja
Tak henti-henti menutupnya

Ku tak bisa mengeja hati mereka
Ku tak bisa menelisik kata hati yang sebenarnya
Mengapa harus mengasingkan
Lebih baik mencipta harmoni dengan memeluknya

Bondowoso, 12 April 2022

Minggu, 10 April 2022

Kesan dan Rasa

Sumber foto dari WA

Oleh Istantini


Selalu ada rasa yang tertinggal
Dari setiap berlalunya perjumpaan
Rasa mengendap
Memunculkan tanda tanya

Rotasi pencarian jawaban
Tentang gerak-gerik dan aura wajah
Terbaca melalui bahasa tubuh
Bias dari rasa dan suasana kalbu

Rasa yang terkadang harus diabaikan
Rasa yang tak pernah bisa diterjemahkan
Dan rasa yang tak perlu menjadi nada
Yang memberi warna pada irama kehidupan

Selalu ada kesan yang tercipta
Dari berakhirnya pembicaraan dan canda tawa
Kesan membekas tajam
Terbenam di kedalaman pikiran

Kesan yang terkadang sama
Kesan yang terkadang berseberangan
Menggiring keheranan
Sulit diterima nalar

Aku bisa merasakan itu
Dan aku menangkap kesan itu


Bondowoso, 11 April 2022


Sabtu, 09 April 2022

Ketika di Persimpangan


Oleh Istantini


Aku berhenti sejenak
Ketika persimpangan menghampar di hadapan
Ketika sudut mata keraguan
Mengerlingkannya ke pandangan pikiranku

Rotasi kebingunganku tak juga berhenti
Seperti sinyal yang terus berpeluk hampa
Belum bersua titik temu data
Yang bisa kueja dan kubaca

Bahkan instink hatiku masih diliputi gundah
Resonansi kalbuku masih mendekap kelam
Bagaimana getarnya membujuk rayu nalarku
Yang masih berkutat logika
Dari rekaman data dan fakta yang kulihat

Kemurnian hati tak berpolusi
Getar kata hati memadu satu dengan memori
Tuk memutuskan arah jalan yang kupilih

Menghadapkan wajah
Mengambil start pertama
Dimana langkah-langkah akan melukis jejak
Bergerak penuh keyakinan

Adalah awal menggoreskan warna cerita
Meramu hitam dan putih kehidupan
Menyeduhnya menjadi rasa yang lebih nikmat
Tuk hidup lebih bermakna
Dan penuh syukur di atas sajadahNya


Bondowoso, 10 April 2022

Entri yang Diunggulkan

SEMANGAT JUANG

 Oleh: Istantini Mainstream Analitis Totalitas berjuang demi kemenangan tergenggam Mengukir tinta emas menjadi sejarah terekam Mengharu...