Sumber foto dari google |
Oleh: Istantini
(Mainstream Analitis)Aku mengingatmu ketika embun pagi berguguran jatuh
Satu-persatu memberikan dingin dan kesegaran penuh
Mampu membuatku menata dunia tak pernah rapuh.
Aku mengingatmu ketika sinar mentari berpendar-pendar
Menghinggapkan kilau pecah cahayanya dan melatar
Merasuki pori-pori tubuh tiada hambatan
menghampar
Aku langsung merasakan kehangatannya mengantar.
Aku mengingatmu ketika senja tunjukkan puncak pesona
Cahaya keemasan tambahkan sentuhan membahana
Semilir angin mengitari semesta sesuai rencana
Membisikkan suara lembut memantik renjana
Hadirkan bayangmu dalam hati yang terlena.
Seberapa besar rinduku membucah
Aku tertawan hias awan senja merekah
Memfokuskan total pandangan satu arah
Nikmati juga suara orkestra alam terdedah
Menyamarkan ingatanku dan luruhkan gelisah
Maksimalkan rasa terpukau oleh alam nan indah.
Ternyata ingatanku padamu tak lagi mengimpit sukma
Menjadi ingatan biasa setelah waktu sekian lama
Luka yang kautambatkan mengering dalam atma
Janji palsu hanya sebatas syair kata percuma
Makna telah berubah mengikuti basi irama.
Bersyukur kepada Yang Kuasa telah tegar
Berhasil lepas dari impit ingatan mencecar
Memiliki hati ikhlas memaafkan dalam luar
Mengingatmu dalam berbeda rasa tiada debar.
Berharap tali silaturahmi bisa terikat erat
Menyuguhkan persahabatan lebih bermanfaat
Memohon petunjuk-Nya menjalani takdir yang tersurat.
Bondowoso, 8 November 2022
Tidak ada komentar:
Write Comments