Sumber foto dari google |
Oleh: Istantini
(Mainstream Reflektif)Dalam pertandingan kurang menjunjung sportivitas
Kekalahan tidak dapat diterima dengan hati ikhlas
Berpikiran melampiaskan dengan tindakan buas.
Mengeluarkan kata-kata kasar menyulut emosi
Umpatan takada henti dan saling membalas aksi
Bersitegang penuh kemarahan mengajukan petisi
Takbisa mengendalikan diri hingga ricuh menghiasi.
Melakukan tindakan brutal ke tengah lapangan
Melemparkan berulang kali botol-botol minuman
Melayangkan juga dengan beringas batu-batuan
Memantik kerusuhan besar takbisa terhindarkan
Menimbulkan akibat fatal yang menyedihkan.
Menyerang gencar kepada pemain dan aparat
Jalankan aksi brutal bak preman-preman bejat
Membakar mobil-mobil dan ban-ban dengan cepat
Melakukan pengrusakan kendaraan-kendaraan berat
Suasana kacau-balau, ricuh, panik makin kuat menjerat
Berdesak-desakan memakan korban jiwa yang menyayat.
Pengendalian diri dalam menonton pertandingan penting
Jaga kesopanan ucapan agar kemarahan tak bersanding
Kejernihan pikiran menyikapi keadaan hindari genting
Mengontrol emosi dengan baik dan tidak terpancing
Perkuat prinsip agar provokasi takpernah menjaring.
Menyadari sesama rakyat Indonesia harus saling simpati
Menjadikan sepak bola sebagai ajang mendekatkan hati
Saling rukun, mendukung, menyayangi, dan berempati
Buang jauh dendam dan permusuhan berujung belati.
Tragedi maut Kanjuruhan menjadi peristiwa kelam
Menyuguhkan pembelajaran dengan hikmah mendalam
Memohon petunjuk-Nya agar kehidupan kelak tiada suram.
Bondowoso, 3 Oktober 2022
Tidak ada komentar:
Write Comments