Oleh Istantini
(Mainstream Reflektif)Rasa benci masih tetap bertahta
Pangeran waktu tiada mampu jadi duta
Meluruhkan gumpalan lara membabi buta.
Kebencian dan amarah terus mengisi waktu
Sedikitpun tiada terurai hingga membatu
Seiring sikap, perilaku tertutup buntu
Tiada celah sinar yang membantu
Enggan ucapkan salam ketika berjumpa
Pilih membungkam serta berpura-pura lupa
Meski hanya berbas-basi malas menyapa
Memasang wajah sinis sedemikian rupa
Kemarahan memanjang berdepa-depa
Tak memedulikan lingkungan bercuat-cuit
Tutup mata dan telinga meski terasa sakit
Menganggap kebenaran diri terus terkait
Biarkan batang ego kian tinggi melangit
Harga diri tercabik-cabik terasa pahit
Keruhkan warna hati kian terbersit
Tak pernah merelakan ikatan persahabatan terkoyak
Membangun kebersamaan tuk menyatukan gerak
Meluaskan ruang agar nafasnya terus berdetak
Memerkuat tali silaturahmi tuk kurangi sesak
Saling memaafkan demi keindahan terjejak
Kendalikan sikap, perilaku, dan tutur kata
Mencegah ketersinggungan duduk tertata
Ukir rona kebahagiaan enyahkan derita
Hati tetap bersenyawa dan seia-sekata
Simpul persahabatan semakin erat
Tangan tergenggam tak hanya sesaat
Jauh di mata namun hati tetaplah dekat
Bondowoso, 13 Mei 2022
Tidak ada komentar:
Write Comments